Thursday, August 13, 2009

nggak tegas ! wishy washy !





saya heran.

kenapa masih ada aja yang mendukung terorisme

di koran jawapos ada foto di gang masuk rumah teroris ada tulisan selamat datang para mujahid dirimu mati syahid ( atau apa gitu yang maksudnya gitu) . nah kok tulisan kayak gitu dibiarin sih? ANEH ! mana ketegasn polisi sebagai aparat pemerintah yang diberikan kebolehan untuk menggunakan kekerasan.

mungkin para pemimpin kita perlu didorong untuk melakukan kekerasan kepada kelompok pendukung teroris ini. ayo kita hancurkan para pendukung teroris. ayo kita tidak beri kesempatan mereka untuk berkembang.

seandainya pemimpin kita lebih TEGAS. mungkin masalah terorisme ini lebih cepat selesai. kerahkan saja militer. kita punya kodim, kodam, kopasus, marinir. buat apa? terjunkan saja mereka di masyarakat. masuki masjid masjid. masuki pengajian, pengajian.

jangan mau kalah dengan teroris.
jangan mau dibodohi oleh teroris

ayo TEGAS lah wahai pemimpin
Segera HANCURKAN mereka sampai ke akar akarnya.


Wednesday, August 12, 2009

Suami itu Harus Ganteng !




Oleh : Ibnu Latif

Seorang wanita datang kepada Amirul Mukminin Umar Ibnu Khattab. Ia datang bersama suaminya. Sebelum keduanya bercerita, penampilan dua orang suami istri tersebut sudah membuat Amirul Mukminin mengernyit dahi. Si istri berpenampilan rapi, sedang suami kumal dan acak-acakan. Hampir-hampir tak ada yang bisa diapresiasi kecuali keimanannya saja.

Benarlah yang dipikirkan Amirul Mukminin, sang Istri datang untuk membicarakan perihal packaging suaminya. ”Wahai Amirul Mukminin” katanya lantang, ”berilah keputusan bagiku dan bagi suamiku yang bersikap seperti ini”. Nadanya menyiratkan kejengkelan dan putus asa. Barangkali sebelumnya, proses saran hingga kritik sudah habis-habisan si istri lakukan. Tapi namanya laki-laki, kalau dari mulut istri sendiri biasanya tak mempan.
Umar menghela nafas. Tak bisa ditutupi sesungguhnya beliau merasa tergelitik. Maka tanpa babibu Umar kemudian memerintahkan pembantunya untuk membawa si Suami ke kamar mandi. ”Mandikanlah ia, potong kukunya, pangkas rambutnya dan bawalah ia kemari lagi”, perintah Umar tegas.

Setelah si suami kembali kehadapan istrinya dan Umar, sang istri terkejut melihat ”kemasan” sang suami yang berubah total. Tampak lebih rapi, jambang-jambangnya tersisir rapi, dan kukunya bersih. Sudah muncul tampannya dan lebih segar dari biasanya. Melihat penampilan sang suami yang necis dan klimis, sampai-sampai sang istri malu kepada Amirul mukminin dan berkata, ”wahai hamba Alloh, dihadapan amirul mukminin berani-beraninya engkau berlaku demikian?”. Ah, dasar wanita. Biarpun sesungguhnya dihatinya amat senang melihat suaminya seperti itu. Inginnya segera ia menutup urusan dan pulang bersama suami.

Di sela-sela kegirangan suami istri tersebut, Umar berkata kepada hadirin yang ada disitu, ”hendaknya kalian selalu berpenampilan bersih dihadapan istri-istri kalian, karena mereka ingin kalian selalu berpenampilan bersih dan berdandan, sebagaimana kalian ingin mereka selalu berpenampilan bersih dan berdandan, (Haqquz Zauja ‘Ala Zaujatih, Thaha Abdullah Afifi).

Perhatikan sekali lagi wahai suami, pesan Amirul Mukminin itu.
Jaga penampilan Anda di depan istri. Sebagaimana si fulan suami itu tadi, para suami biasanya tidak terlalu memperhatikan perihal penampilannya dihadapan istri. Yang paling sering adalah, pulang kerja malas mandi, malas sikat gigi bahkan lebih parah baju kantor tidak diganti-ganti. Tidur sampai besok pagi.

Sangat jauh bila dikaitkan dengan perihidup Rosulullah dalam menjaga kebersihan dan kerapian tubuh. Adalah Rosululloh beliau sangat memperhatikan penampilan fisiknya. Beliau tidak pernah lupa untuk memperbaharui wudhu, menyisir rambut, memakai celak, merapikan janggut, meminyakinya, mencukur bulu-bulu, dan memakai parfum. Maka tak heran, bila di dalam dan di luar rumah beliau selalu menjadi pribadi yang menyenangkan untuk dipandang. Jelas bukan karena pakaian beliau yang sangat mahal dan mewah. Tapi kebersihan dan kerapian beliau dalam membawa diri dan busananya.
Rosulululloh sangat menekankan kepada kita untuk menjaga kebersihan diri. Anas bin Malik berkata : “Telah ditentukan waktu kepada kami memotong misai (kumis), memotong kuku, mencabut bulu ketiak dan mencukur bulu ari-ari agar kami tidak membiarkannya lebih daripada empat puluh malam.” (Hadis riwayat Muslim)

Dalam satu kesempatan beliau pernah bersabda, ”jagalah kebersihan, karena sesungguhnya islam itu bersih” (HR. Ibnu Hibban)Maka tak ada alasan bagi para suami untuk tidak menampilkan ”kemasan” terbaiknya di hadapan istri. Sungguh, ini bukan hanya urusan memotong kuku dan berbersih diri semata. Lebih prinsip dari itu, disitu akan terbaca sebuah penghormatan dan penghargaan tinggi seorang suami kepada istrinya. Seorang istri akan merasa dihargai dan dihormati ketika suami terlihat berusaha berdandan rapi di hadapannya. Ehem, hatta misalnya karena faktor sudah dari ”pabriknya”, perubahannya barangkali tak signifikan. Tak masalah, pak.


Berdandan rapi dihadapan istri juga adalah bentuk keadilan kita sebagai seorang suami. Bila diluar kita mempersembahkan penampilan terbaik kepada orang lain, lalu mengapa dengan istri sendiri kita justru asal-asalan?. Tak adil rasanya kita berlaku demikian. Adil juga berkaitan dengan karena kita sudah menerima penampilan terbaik dari istri. Setiap pulang kerja mereka menyambut dengan dandanan menarik atau bila kita pulang dari luar kota ia siapkan diri sejak siang hari. Maka tak adil bila kita tidak mengimbangi usaha mereka.

Kisah seorang istri yang komplain perkara suaminya kepada Umar tadi, dalam sisi lain, barangkali bukan karena kepentingan pribadi dirinya yang merasa tidak dihargai. Barangkali, si istri komplain kepada Umar lantaran malu dengan suaminya sebagai warga masyarakat Madinah. Menurut istri, berpenampilan buruk diantara kolega-kolega, sangat menurunkan martabat keluarga.

Kebanyakan ibu-ibu juga begitu. Mereka marah-marah ketika suaminya ikut rapat RT dengan pakaian yang tidak bagus. Atau setiap berangkat kondangan mesti ada prahara dulu karena baju yang dipakai suami itu-itu saja. Suami harus mengakui dalam hal ini para wanita lebih sensitif terhadap hal-hal yang demikian. Jangan sampai dianggap mengganggu, karena pada dasarnya mereka melakukan itu adalah untuk kebaikan kita.

Suatu ketika Rosululloh didatangi seorang laki-laki yang berpakaian kumal. Lalu Rasulullah bertanya kepadanya, ”apakah kamu punya harta?” ia menjawab ”ya, saya punya”. Beliau bertanya lagi, ”harta dari mana?” ia menjawab ”dari semua harta yang telah Alloh berikan kepadaku,”. Kemudian Rosululloh bersabda, ”jika Alloh telah memberikanmu harta, maka hendaklah kami perlihatkan bekas nikmat Alloh dan karomah-Nya yang telah diberikan kepadamu” (HR. Nasai)
Nikmat Alloh boleh kita tunjukkan kepada orang lain. Bahkan tidak hanya boleh, namun sangat disarankan oleh Rosululloh sebagai wujud rasa syukur. Bila harta cukup untuk beli minyak rambut, beli pakaian baru, beli cukur rambut dan beli minyak wangi, maka harta itu jangan disimpan-simpan saja atau habis hanya untuk makanan. Belanjakan sebagian harta untuk perawatan diri. Sungguh itu adalah penunaian hak diri kita dan merupakan penjagaan martabat secara pribadi maupun sebagai seorang muslim.

Jangan sampai kita termasuk yang di kritik oleh nabi seperti syetan karena tampilan yang acak-acakan. Seorang pemuda datang kepada nabi dengan rambut dan jenggot yang acak-acakan. Lalu nabi menyarankan dia untuk merapikan rambut dan jenggotnya. Setelah si pemuda datang kembali dalam keadaan rapi, Rosululloh kemudian bersabda, ”bukankah potongan rambut yang begini lebih bagus daripada seseorang datang dengan rambut yang acak-acakan seperti syetan” (Riwayat Malik dalam Al-Muwatha’)

Lantas, bagaimana cara berpenampilan yang baik ?, secara teknisnya Anda lebih mengerti. Atau tanyakan istri. Yang pasti pada prinsipnya, berpenampilan baik kita lakukan karena dua hal. Pertama, mengikuti sunnah rosul sehingga kita mendapat pahala karenanya. Kedua, menghargai istri sehingga kita mendapat cintanya, lebih mesra InsyaAlloh. Wallohu ‘Alam Bisshowab


dicopy paste tanpa permisi dan tanpa ijin dari www.nurulhayat.org

Monday, August 10, 2009

Beranilah bermimpi


“…. Sampai malam ia mengayuh becaknya, namun keinginannya untuk bisa menyisihkan uang hari ini untuk tabungan kurbannya belum tertunaikan. Dan akhirnya dia menghentikan becaknya untuk sholat isya’.

Seusai sholat itu, dia ditanya seseorang jamaah mengapa dia menarik becak sampai begitu malam. Lalu dia menjawab, bahwa dalam bekerja menarik becak ini, dua hal yang menjadi tujuannya. Pertama, hasil dari upanyanya itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Istri dan anak-anaknya. Yang kedua, dia ingin bisa setiap hari menabung Rp 500 untuk bisa berqurban pada Iedul Adha ketika itu. Namun hari itu keinginannya ke dua belum terpenuhi. Untuk itulah mengapa ia tidak kunjung pulang sampai malam. Berputar-putar mencari pelanggan….”

“…. Bukan kebetulan kalau Alloh menggerakkan hati bapak yang bertanya tadi sehingga bapak tadi minta abang becak itu mengantarnya ke suatu tempat. Yang ternyata hanya berputar-putar tanpa tujuan. Bingung abang becak itu dibuatnya, namun akhrinya dia tahu, bahwa bapak itu hanya ingin membantu menyelesaikan “goal”nya untuk hari itu agar ia bisa menabung untuk berkurban. Subhanalloh…..”

“……Satu tahun kemudian, di depan rumah abang becak itu berdiri seorang lelaki yang pernah dikenalnya pada sholat isya” tahun lalu. Bapak yang pernah menolongnya itu minta diantar dengan becaknya ke suatu tempat. Tak lupa bapak itu mengingatkan abang becak itu untuk membawa KTP. Ternyata…… bapak itu adalah salah seorang hamba Alloh pemilik KBIH yang ingin mensodaqohkan sebagian hartanya dengan mengundang abang becak itu ikut menunaikan ibadah haji……”

Tiba-tiba jantung saya sepertinya berhenti sepersekian detik mendengar kisah yang luar biasa itu. Dalam waktu yang bersamaan, 70 orang abang becak yang hadir dalam taklim itu sepertinya berhenti bernafas. Suatu akhir cerita yang sangat tidak bisa kami perkirakan sebelumnya. Rasanya saya ingin keluar dari majelis taklim abang becak sore itu karena malunya. Malu yang tiada terkira. Malu karena selama ini ternyata saya belum melakukan apa-apa. Malu karena belum pernah berani bermimpi besar urusan ibadah.

Berani bermimpi besar untuk ibadah!Bukankah abang becak itu telah berani menorehkan mimpinya untuk berani berqurban, meski rasanya itu jauh dari mungkin dengan pendapatannya yang begitu minim? Bukankah abang becak itu telah berani mengejar syurganya dengan kerja keras dan berani membayar resikonya?

Lalu saya teringat iklan oli sepeda motor, yang motornya tiba-tiba menjadi kecil karena kebesaran dan kebagusan kualitas motor pesaingnya. Seperti itulah keadaan saya ketika itu. Sangat menyedihkan. Tiba-tiba saya menjadi sosok kerdil dibanding abang becak itu. Bagaimana saya tidak merasa menjadi kecil dibanding sosoknya, karena selama saya berqurban pada hari nahr, tidak pernah sekalipun saya merencanakan berapa hewan qurban yang akan kami sembilih untuk menunaikan sunnah Rasulullah ini.

Padahal saya tahu bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda, ‘Tidak ada amal yang dikerjakan oleh seorang hamba pada hari Nahr/Iedul Adha yang lebih dicintai oleh Alloh dari pada menyembelih qurban (HR Hakim, ibnu Majah dan Tirmidzi).

Saya tahu itu tapi ternyata saya tidak mengerti.
Kalaupun kami berqurban, itupun kami lakukan tanpa perencanaan. Itupun biasanya kami bicarakan pada saat-saat menjelang bulan Dzulhijjah. Dan kami berqurban begitu saja, seolah-olah itu memang hal yang seharusnya kami lakukan. Bukankah hal ini karena kasih sayang Alloh semata kepada kami bahwa kami diizinkan untuk bisa berqurban? Bukankah karena kemurahan Alloh kami memiliki rezkinya sehingga kami mampu burqurban? Bukan karena kami siapkan jauh-jauh hari. Bukan karena kami rencanakan seperti kami merencanakan urusan dunia. Urusan membangun rumah, urusan sekolah anak-anak, urusan investasi dan urusan-uruan yang membuat kita mau berpeluh peluh…

Kalaupun kita merasa mampu berqurban setiap tahun, alangkah berbeda hasil akhirnya kalau kita jauh-jauh hari merencanakannya. Pernahkah kita mempunyai “goal” bahwa tahun depan kita akan berqurban 2 ekor sapi, yang biasanya tanpa perencanaan kita mampu berqurban 5 ekor kambing? Kalau abang becak tadi mampu menyisihkan Rp. 500 perhari untuk bisa berqurban 1 ekor kambing. Bukan hal yang mustahil bukan kalau kita yang katagori “mampu” bisa berqurban 2 ekor sapi. Pernahkah kita mau berpeluh dan berdebu untuk bisa mengejar 2 ekor sapi qurban? Yang sebenarnya tanpa upaya kita bisa menyerahkan 5 ekor kambing kepada panitia qurban?

Biasanya kita ahli untuk perencanaan-perncanaan yang berhubungan dengan urusan dunia, namun tidak untuk urusan-urusan akhirat. Prioritas perencanaan biasanya dikuasai urusan dunia untuk semua lini. Namun untuk urusan akhirat, kita investasikan dari barang sisa. Waktu sisa, dana sisa, tenaga sisa, pikiran sisa dan sisa-sisa lain yang memang sudah sedikit.

Tapi abang becak itu telah memberi kami tarbiyah. Mungkin beliau tidak pernah mendatangi taklim seperti biasa kami lakukan. Namun tarbiyahnya mengalahkan dari puluhan taklim yang kami datangi. Tarbiyahnya tidak saja untuk hewan qurban, namun tarbiyahnya membuat kami berani menorehkan mimpi untuk merencanakan urusan akhirat kami yang lain. Tarbiyahnya membuat kami berani bekerja keras untuk mewujudkan mimpi itu. Ternyata tidak ada yang tidak mungkin kalau Alloh berkehendak, tidak ada yang tidak bisa kalau kita mau melakukan ihtiarnya dan diijinkan Alloh. Dan yakin, kalau kita mau berdagang dengan Alloh pasti Alloh akan membalasnya dengan balasan yang terbaik.

Hari menjelang mahgrib ketika taklim itu berakhir. Dan kami pulang dengan membawa harapan dan keberanian untuk mewujudkan banyak rencana untuk berdagang dengan Alloh. Bismillah…..

diambil tanpa permisi di www.nurulhayat.org

sudahkah kita bersiap menyambut bulan suci Ramadhan?


Khotbah ini diriwayatkan Imam Ali R.A.

“Wahai manusia, sungguh telah datang kepada kalian bulan Allah yang membawa berkah, rahmat, dan maghfirah, bulan yang paling mulia di sisi Allah. Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama, malam-malam di bulan Ramadhan adalah malam-malam yang paling utama, jam demi jamnya adalah jam yang paling utama.

“Inilah bulan yang ketika engkau diundang menjadi tetamu Allah dan dimuliakan oleh-Nya. Pada bulan ini napasmu menjadi tasbih, tidurmu menjadi ibadah, amal-amalmu diterima, dan doa-doamu diijabah. Bermohonlah kepada Allah, Rab-mu dengan hati yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan saum dan membaca kitab-Nya. Sungguh celakalah orang yang tidak mendapatkan ampunan Allah pada bulan yang agung ini.

“Kenanglah rasa lapar dan hausmu sebagaimana kelaparan dan kehausan pada hari kiamat . Bersedekahlah kepada kaum fuqara dan masakin. Muliakan orangtuamu. Sayangilah yang muda. Sambungkanlah tali persaudaraan. Jaga lidahmu. Tahan pandangan dari apa yang tidak halal kamu memandangnya. . Dan tahan pula pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarkannya.

“Kasihilah anak-anak yatim, niscaya anak-anak yatim akan dikasihani manusia. Bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa di waktu salatmu karena saat itulah saat yang paling utama ketika Allah Azza Wajalla memandang hamba-hamba- Nya dengan penuh kasih. Dia menjawab ketika mereka menyeru-Nya, Dia menyambut ketika mereka memanggil-Nya, dan Dia mengabulkan doa-doa ketika mereka bermunajat kepada-Nya.

“Wahai manusia! Sesungguhnya diri kalian tergadai karena amal-amal kalian, maka bebaskanlah dengan istighfar. Punggung-punggungmu berat karena beban dosamu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu. Ketahuilah, Allah SWT bersumpah dengan segala kebesaran-Nya bahwa Dia tidak akan mengazab orang-orang yang bersujud, tidak mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri di hadapan Rabbul’alamin.

“Wahai manusia! Barang siapa di antaramu memberi makan untuk berbuka kepada kaum mukmin yang melaksanakan saum di bulan ini, maka di sisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan dia diberi ampunan atas dosa-dosa yang lalu. Para sahabat bertanya, ‘Kami semua tidak akan mampu berbuat demikian.’ Lalu Rasulullah melanjutkan khotbahnya. Jagalah diri kalian dari api neraka walau hanya dengan sebiji kurma. Jagalah diri kalian dari api neraka walau hanya dengan setitik air.

“Wahai manusia! Barang siapa yang membaguskan akhlaknya di bulan ini, dia akan berhasil melewati shiraatalmustaqim, pada hari ketika kaki-kaki tergelincir. Barang siapa yang meringankan pekerjaan orang-orang yang dimiliki tangan kanannya dan membantunya di bulan ini, maka Allah akan meringankan pemeriksaannya di hari kiamat.

“Barang siapa yang menahan kejelekannya di bulan ini, Allah akan menahan murkanya pada hari dia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa yang memuliakan anak yatim di bulan ini, Allah akan memuliakannya di hari berjumpa dengan-Nya, dan barang siapa yang menyambungkan tali silaturahmi di bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya pada hari dia berjumpa dengan-Nya. Dan barang siapa yang memutuskan silaturahmi dibulan ini, Allah akan memutuskan dia dari rahmat-Nya.

“Siapa yang melakukan salat sunat di bulan Ramadhan, Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari api neraka. Barang siapa yang melakukan salat fardu, baginya ganjaran seperti 70 salat fardu di bulan yang lain.

“Barang siapa yang memperbanyak salawat kepadaku di bulan ini, Allah akan memberatkan timbangannya pada hari ketika timbangan meringan. Barang siapa yang pada bulan ini membaca satu ayat Al-Quran, ganjarannya sama dengan mengkhatamkan Al-Quran di bulan-bulan yang lain.

“Wahai manusia! Sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagimu, maka mintalah kepada Tuhanmu agar tidak akan pernah menutupkannya bagimu. Pintu-pintu neraka tertutup maka mohonkanlah kepada Rab-mu agar tidak akan pernah dibukakan bagimu. Setan-setan terbelenggu, maka mintalah kepada Tuhanmu agar mereka tidak pernah lagi menguasaimu.

“Lalu Amirulmukminin Ali bin Abi Thalib berdiri dan berkata: ‘Ya Rasulullah, amal apa yang paling utama di bulan ini.’ Rasul yang mulia menjawab, ‘Ya Abul Hasan, amal yang paling utama di bulan ini adalah menjaga diri dari apa yang diharamkan Allah SWT”.

semoga kita bisa menjalankan ibadah puasa Ramadhan dengan baik.

Selamat menjalankan ibadah Puasa Ramadhan 1430H Mohon maaf lahir dan batin




Friday, August 07, 2009

responsible riding - kampanye gak jelas




sekali lagi ini usaha yang sia sia
sudah dilakukan tahun sebelumnya
dan tahun sebelumnya
dan sebelumnya

apa ada hasilnya?
ADA! tapi ya pada pelaksanaan kampanye aja, setelah selesai... ya LEWAT.

maaf pak polisi, maaf para sponsor, maaf ya. saya bukannya ngga setuju
saya cuman heran aja, sebebal itukah target kampanye ini (yaitu ...)
masak ngga ada perubahan perilaku

apa caranya yang tidak tepat / kurang tepat.

kasian para pelaksana di lapangan

mereka jadi lucu dengan baju yang aneh seperti itu

badut di tengah jalan




opo sih maksud dan kemauan nya si badut ini
di tengah jalan yang rame
bawa tanda roda dua sebelah kiri
atau apaa riding gitu

kok ya ngga ditangkep pak polisi yang dibelakangnya seh.
kan mengganggu lalu lintas
perhatian pengguna jalan jadi teralihkan
rawan kecelakaan

ngomongin badut a.k.a clown
sebenernya apa sih maksudnya orang jadi clown
clown itu ngga lucu --> mukanya serem
full makeup
hidungnya besar
perutnya gendut
bawa pentungan

kan ngga lucu
anak anakku aja pada takut ama clown

jadi oh clown...ke laut aja deh

Thursday, August 06, 2009

betapa bodohnya aku


betapa bodohnya

kemana akal sehatku pergi
kemana kecurigaanku hilang

kok bisa bisanya menyerahkan STNK dan uang Rp7.600.000,- ke orang yang kenal tapi mencurigakan?

respon: quick response:

1. lapor polisi?
2. lapor "polisi"?
3. ke "orang pinter"?